Purbalingga
– Sejarah Islam di pulau Jawa tak lepas dari peran para wali penyebar
ajaran islam. Dimulai dari para pedagang dari Timur Tengah hingga muncul
para priyayi yang memilih jalan sebagai sufi dan penyebar agama Islam
seperti halnya Sunan kalijaga. Wali Songo mungkin adalah salah satu yang
termasyhur namun tidak banyak yang tahu sebelum generasi Wali Songo juga terdapat beberapa wali yang konon lebih dulu menyiarkan agama Islam.
Salah
satunya adalah Pangeran Makhdum Cahyana yang merupakan kerabat dari
Syekh Jambukarang atau R. Mundingwangi yang merupakan putra mahkota dari
raja Padjajaran 1, Brawijaya Mahesa Tandreman. Pangeran Makhdum Cahyana
terkenal sangat sakti ini menyiarkan agama islam di sebuah tempat yang
kini bernama desa Grantung, kecamatan Karangmoncol, Kabupaten
Purbalingga hingga dia wafat dan di semayamkan di sebuah tempat yang
dinamakan Suro. Menurut Juru Kunci Di Suro tempat dia di semayamkan dia
meninggalkan beberapa peninggalan yang memiliki filosofi sesuai dengan
rukun islam. Suro sendiri sekarang jadi tempat ziarah yang selalu ramai
dikunjungi oleh peziarah terutama saat Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.
Para peziarah melakukan ibadah yang sudah berjalan turun
temurun dalam ziarahnya agar tak melupakan tentang pilar-pilar agama
islam yaitu syahadat, solat, zakat, puasa dan haji yang diwujudkan lewat
bangunan-bangunan yang terdapat di Suro. Bangunan-bangunan yang jadi wujud rukun islam tersebut diantaranya:
1. Pintu masuk Suro
- Pintu
masuk Suro melambangkan rukun islam pertama yaitu syahadat. Hal ini
dilakukan agar umat islam yang datang ke petilasannya tak melupakan
syahadat yang merupakan pintu awal menjadi seorang muslim.
Langgar ( mushola) peninggalan Pangeran Makhdum Cahyana yang sedang direnovasi
2. Langgar ( Mushola )
- Langgar yang terdapat di Suro melambangkan betapa pentingnya bagi seorang muslim untuk mendirikan solat. Saat
berada di suro dianjurkan untuk melakukan solat wajib maupun sunat
dalam melakukan ziarah. Sholat merupakan Rukun islam yang kedua yang
merupakan tiang agama islam dan hal yang pertama akan ditanyakan di alam kubur dan alam akhirat.
Lumbung padi yang melambangkan tentang Zakat
3. Lumbung Padi
- Lumbung Padi melambangkan rukun islam ketiga yaitu Zakat. Para peziarah biasanya membawa sejumput padi untuk dikumpulkan dalam lumbung. Nantinya padi di lumbung tersebut akan digunakan untuk konsumsi saat sedang melakukan kerja bakti dan gotong royong.
4. Sebuah Aula
- Aula
tersebut melambangkan puasa. Biasanya aula tersebut digunakan untuk
bertirakat dan berpuasa bagi para peziarah yang menginap namun saat
Selasa dan Jumat Kliwon saat peziarah membludak di Aula tersebut
digunakn untuk tahlilan.
5. Makam Pangeran Makhdum Cahyana
- Di
makam ini ada ritual unik yang melambangkan iba dah haji. Para peziarah
akan memutari makam seperti saat melakukan thawaf di Ka’bah.
Makam Pangeran Makhdum Cahyana
Walaupun
banyak pro kontra tentang ritual ziarah tersebut di Suro karena banyak
diselewengkan untuk meminta hal duniawi secara instan namun disana kita
bisa belajar tentang hal yang sering kita lupakan sebagai umat islam
yaitu rukun islam. Umat islam saat ini bukan
hanya telah banyak yang lupa sholat bahkan syahadat pun mereka mungkin
masih gamang. Pangeran Makhdum Cahyana mencoba mengabadikan rukun islam
lewat bangunan-bangunan peninggalannya dengan harapan walaupun dia telah
wafat agar islam tetap tegak dan dilupakan begitu saja.
Dokumentasi dan reportasi :
Untung Pramono
0 komentar:
Posting Komentar