Kamis, 27 Desember 2012

SARAPAN SATE KUDA di JEMBATAN GONDOLAYU




            Sarapan adalah saat yang tepat mengembalikan tenaga untuk beraktifitas di siang hari. Bagi yang jenuh dengan sarapan yang biasa-biasa saja anda bisa mencoba sate kuda yang terletak di seberang jembatan Gondolayu. Salah satu tempat makan sate kuda paling terkenal di Jogja adalah Sate Kuda Gondolayu di Jl. Jenderal Sudirman 25. Warung sate kuda yang dikelola Bu Parti ini beroperasi mulai tahun 1997. Warung sate yang buka sejak pukul 08.00-22.00 ini bisa jadi alternatif yang cocok untuk mengoyang lidah di pagi hari.
Untuk satu porsinya yang berisi enam tusuk, dengan sepiring nasi dan es teh dihargai Rp. 20.000. Sate kuda yang disajikan dengan bumbu kecap dengan tambahan irisan kol mentah, lombok dan irisan tomat dan bawang merah. Sate daging kuda rasanya kenyal, empuk dan sedikit berserat seperti daging ayam, hampir seperti daging sapi namun tak berlemak. Keunikannya adalah baunya yang sangat tajam, harum, dan menggugah selera.
Selain rasanya yang enak dan empuk sate kuda juga memiliki manfaat yang banyak jika anda rutin menyantapnya. Daging kuda diantaranya dapat menyembuhkan capek-capek, pegal linu, rematik, sesak napas, eksim, epilepsi serta sangat bermanfaat bagi yang menderita darah tinggi karena dapat menetralkan kandungan Hb dalam darah. Selain itu pula daging kuda ternyata bergizi tinggi dengan kandungan kolestrolnya yang rendah, karena daging kuda tidak berlemak dengan seratnya yang kasar dan besar. Sehingga sangat cocok di jadikan sate.
Selain untuk sarapan anda juga bisa menikmati sate kuda di siang hari, atau malam hari karena warung sate ini buka sampai malam hari. Sate kuda juga sangat cocok jika dimakan saat cuaca terasa dingin semisal saat gerimis atau hujan karena walau tak berlemak tapi badan akan terasa hangat setelah menyantap sate kuda ini. Sate Kuda Gondolayu juga telah mendapat apresisi dari Kompas yang pernah mengangkat kuliner ini di tahun 2004 karena proses pengolahannya yang beda dengan daging lainnya dan juga memiliki pelanggan yang tidak cuma wisatawan lokal namun juga wisatawan mancanegara. (Untung Pramono)

Warung Kidul SGM



 
Binggung mau makan siang apa hari ini ? didekat SGM ada warung makan yang harus menjadi rekomendasi sebagai menu makan siang. Warung yang satu ini sangat mudah dijumpai, letaknya berada di sisi perempatan jalan Kusumanegara dan jalan Veteran, daerah Muja Muju, Jogjakarta. Perempatan ini cukup dikenal oleh banyak orang, karena di depan warung makan ini berdiri sebuah pabrik susu SGM. Karena itu juga, warung ini dikenal dengan nama “Kupat Tahu Kidul SGM Pak Budi”. Di sepanduk warung ini tertulis Kupat Tahu Kidul SGM Wiwit Tahun 1957, karena warung kupat thu ini sudah ada sejak tahun 1957. Ini terlihat dari warung yang bernuansa tempo dulu, dengan meja kursi yang sederhana, papan menu yang terlihat sudah lama terpajang dan deretan botol-botol kosong yang berangka 80-an.
Di sini semua sajian kupat tahu terdiri dari rajangan kubis, kecambah, tahu, bawang putih, cabai rawit, potongan tahu goreng dan ketupat serta kerupuk diatasnya. Semuanya masih fresh from the oven, dan bahan untuk bumbu pun juga masih segar, karena olahan bumbu di olah secara sepontan itu juga ketika ada orang yang memesan sehingga rasanya menjadi segar dan cukup memikat para pelanggannya. Untuk urusan pedas jagan khawatir bagi yang suka pedas bisa memesan berapa buah cabe yang di inginkan.
Kupat tahu Pak Budi termasuk satu-satunya yang paling dikenal di wilayah Jogjakarta. Untuk urusan harga pun juga terbilang murah, seporsi kupat tahu hanya perlu mengeluarkan koceng berkisar Rp. 7.000 dan untuk minumannya semua dihargai Rp. 2.000. selain kupat tahu disana juga tersedia kletikan didalam toples yang ditarok di meja ada peyek (rempeyek), keripik tempe dan juga rambak kulit yang bisa kita nikmati sambil menunggu pesanan. Sedangkan untuk minumannya tersedia es campur, es dawet, es degan (kelapa), teh dan juga jeruk (panas/dingin). Kita bisa nikmati kupat tahu setiap hari dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore hari. (Eva Nofiyanti)

Mangut Khas Mbah Marto



Jogjakarta mempunyai segudang kuliner ala perdesaan. Denagn rasa yang khas masakan perdesaan, cara memasaknya pun masih tradisional dengan tempat yang kebanyakan jauh dari pusat kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng, bagi para pecinta kuliner, rasanya nama itu sudah tidak asing lagi di telinga. Dengan lokasi yang berada di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Yang dipastikan jauh dari pusat kota, di jamin tidak akan mengendurkan semangat untuk menikmati manggut lele ini. Apalagi dengan rasa yang enakkk tenan.
Kalau dilihat sekilas rumah Mbah Marto tidak tampak seperti sebuah warung makan. Agar tidak salah alamat, bisa tanya dengan penduduk sekitar. Karena kalau diperhatikan dengan seksama, tetap saja terlihat separti rumah yang ada diperdesaan pada umumnya. Karena Mbah Marto menggunakan rumahnya sebagai tempat makan. Untuk menggambil makan kita langsung masuk kedalam pawon, denagn dinding yang terbuat dari batu bata yang ditumpuk denang jelas dan warnanya batu bata yang sudah berubah menjadi hitam karena terkena asap dari tungku saat masak. Lauk dan sayur di tarok dipanci besar yang berjejer di atas meja dipawon. Untuk menunya ada gudek, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele dan tahu, tempe, telur dan ampela yang dimasak menjadi satu.
Di sini kita tidak akan dilayanin pelayan atau pegawai seperti di tempat makan pada umumnya. Semua kita lakuin sendiri untuk menggambil makanan sampai sepuasnya. Sedangkan untuk menikmati makanan kita tinggal milih duduk di dalam rumah, teras rumah, samping rumah, ataupun di dalam pawon. Kalau ingin nambah lauk kita bisa ambil sendiri. Untuk minum ada teh angat atau es teh, jeruk angat atau es jeruk yang bisa ambil sendiri atau minta di antarkan.
Untuk rasa mangut lele disini berbeda dengan manggut lele yang biasa dijumpai di warung atau rumah makan pada umumnya. Daging lelenya keset, pedas, dan khas masakan ditungku. Karena  lele terlebih dahulu ditusuk dengan pelepah daun kelapa kemudian di panggang di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar sampai matang baru kemudian dimasak bersama bumbunya. Cara memasaknya yang menggunakan kayu bakar inilah yang memberikan aroma dan rasa “asap” yang khas pada lelenya. Meskipun menggunakan kuah santan, tapi kuahnya cair berwarna merah terang, menandakan bahwa cabai yang digunakan tidak sedikit. Kreceknya sendiri cukup lembut dan tidak sepedas mangut lelenya, untuk sayur daun pepayanya juga enak dan tidak pahit.
                Setelah selesai menikmati makanannya, baru kemudian kita lapor ke pada Mbah Marto atau anaknya untuk menyelesaikan pembayaran. Untuk menu andalan seperti manggut lele dan sayur hanya mengeluarkan koceng 12ribu rupiah saja. Dan kita bisa menikmati manggut lele di rumah Mbah Marto mulai dari jam 11 siang sampai jam 4 sore setiap hari. (Eva Nofiyanti) 

Pocong Sri Wedari, Setan yang Nggak Serem






Indonesia bukan hanya terkenal dengan budaya dan wisatanya saja, namun juga hantunya. Hantu-hantu di Indonesia terkenal sangat menyeramkan dan menakutkan. Bukan hanya dari bentuknya tapi juga dari wajahnya. Mulai dari Pocong, Kuntilanak, Genderuwo hingga Tuyul, semua memiliki karakter yang menakutkan. Di kawasan Sri Wedari Solo, tedapat tempat yang menjadi kekuasaan Pocong. Yang mengherankan, kawasan ini bukannya dihindari oleh masyarakat namun malah ramai di kunjungi. Bahkan ada pengujung yang rela antri untuk mendapatkan tempat.
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, ternyata daerah kekuasaan Pocong ini tidak menakutkan, namun menyegarkan. Bagaimana tidak, Pocong yang dimaksud bukan berbentuk setan yang berpakaian putih, tapi Pocong dengan gelas yang berisi moci, nangka, coockies, nata de coco, kacang, sirup, susu dan ditambah dengan es serut. Kedai Es Pocong ini tidak hanya menjual es pocong saja, aneka jenis es juga dijual di kedai ini. Ada Es Teler, Es Campur dan juga Es Teh. Nama yang digunakan juga unik-unik. Misalnya saja Es Pocong Mas Brow, Es Pocong Sob, dll. Yang membedakan adalah topingnya.
Keai Es Pocong ini buka mulai pukul 08.00 – 17.00 WIB. Tapi jangan harap bila datang lebih dari pukul 15.00 WIB anda masih akan tetap mendapatkan Es Pocong, karena pada jam segitu Es Pocong yang menjadi menu utama kedai ini sudah ludes dinikmati oleh pelanggan yang datang sebelum Anda dan Anda hanya dapat menikmati Es Teler, Es Campur dan Es Tehnya saja. Namun jangan kuatir, rasa dari menu pendamping tersebut juga tidak kalah lezat dengan menu utama.
Kedai Es Pocong ini tidak menyediakan makanan pendamping untuk minuman segarnya sehingga untuk pembeli yang ingin menikmati segelas Es Pocong ditemani dengan santapan dapat membeli beraneka makanan yang dijual di kedai-kedai sekitar kedai Es Pocong, karena terdapat pula Kedai Bakso Bakar, Somay dan Batagor, serta angkringan. Untuk harga satu gelas Es Pocong yaitu sekitar Rp 4.500,00 – Rp 6.000,00, tergantung toping yang diinginkan. Semangkuk Es Teler dijual mulai dari Rp 4.000 – Rp 5.000,00 dan untuk harga Es Teh yaitu Rp 1.500,00. (Adelinta Pristia Defi)

KYAI SLAMET BULE ASLI DARI SOLO




Kyai Slamet merupakan pemberian Bupati Ponorogo kepada Pakubuwono II (1711 - 1749). Kyai Slamet merupakan kerbau putih keturunan kerbau albino diberikan bersama sebuah pusaka bernama Kyai Slamet. Karena bertugas sebagai pemimpin barisan pusaka Kyai Slamet ini maka kerbau tersebut dinamakan Kebo Kyai Slamet. Alhasil, kebo Kyai Slamet menjadi hewan kesayangan raja hingga akhirnya setelah lebih dari 270 tahun keturunan kerbau putih itu bertahan hingga sekarang.
Surakarta sendiri memiliki 3 prosesi kirab 1 Suro, yakni Kirab 1 Suro Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, dan Kasultanan Pajang, masing-masing dengan kekhasannya tersendiri. Kirab tersebut rutin diselenggarakan setiap tahun baru hijriyah atau dalam kalender jawa yaitu tanggal 1 suro. Salah satu pusaka yang unik dari Keraton Kasunanan Surakarta adalah Kyai Slamet.
Kirab 1 Suro ini diikuti oleh sekitar 7 ribu abdi dalem, sentana, dan masyarakat umum yang peduli budaya. Peserta kirab diharuskan memakai beskap hitam bagi pria atau kebaya hitam bagi wanita. Selain itu diharuskan juga menggunakan samir, semacam kalung dari kain warna kuning dengan pinggiran merah. Samir merupakan semacam izin memasuki keraton karena keraton tidak hanya dihuni manusia, namun juga makhluk dimensi lain yang ikut menjaga keraton. Ada pula yang memakai kalung melati sebagai penolak bala.
Warga Solo raya sudah menanti di pinggiran jalan-jalan yang akan dilewati pasukan kirab. Daerah yang menjadi pusat kerumunan warga adalah daerah di depan kompleks keraton dan merupakan titik nol kota Solo, Gladag. Tahun ini Keraton mengirab 9 Kebo Kyai Slamet dan 10 Pusaka yang dirahasiakan. Sebelum prosesi kirab ini ada beberapa prosesi-prosesi lain, yakni wilujengan (selamatan), dukutan, dilanjutkan kol-kolan (peringatan) meninggalnya Raja Surakarta Paku Buwono X.
Kyai Slamet menjadi pemimpin barisan kirab. di belakang Kebo Kyai Slamat adalah barisan pusaka-pusaka. Tampak para pembesar keraton, putra-putri sinuhun PB XIII berada di depan bersama Pusaka 1. Di belakang mereka adalah ratusan abdi dalem yang berasal dari Solo Raya (Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Klaten). Semua abdi dalem tidak mengenakan alas kaki, alasannya karena apabila mengenakan alas kaki, kaki akan menjadi lecet karena jauhnya perjalanan kirab. Selama prosesi Kirab para peserta hendaknya tidak berbicara dan lebih banyak berdoa.
Kyai Slamet dengan ribuan abdi dalem dan sentana di belakangnya berjalan keluar keraton menuju alun-alun utara, kemudian sampai ke Gladag. Di Gladag, ribuan orang sudah menanti kehadiran Kyai Slamet. Bahkan sampai ada yang menggunakan mobil pick up yang di belakangnya dipasang kasur karena prosesi kirab yang memakan waktu dari tengah malam hingga menjelang subuh. Entah karena apa, kerbau-kerbau tersebut berbalik arah kembali ke dalam keraton. Menurut kepercayaan masyarakat, kerbau-kerbau itu marah karena ada penonton yang mengenakan baju merah, salah satu pantangan dalam kirab tersebut. Para abdi dalem pun sempat heran karena baru pertama ini kerbau-kerbau tersebut berbalik arah. Ditemani sang pawang, kerbau-kerbau itu kembali ke Keraton.
Walaupun 9 kerbau tersebut sudah balik ke keraton, kirab masih tetap dilangsungkan. Rombongan berjalan dari Gladag, mengitari Benteng Vastenburg, menuju ke arah Pasar Kliwon. Setelah berjalan beberapa ratus meter di Pasar Kliwon, rombongan pun kembali berhenti, karena mendapat kabar bahwa para kerbau berjalan kembali menuju jalannya kirab. Tampak pihak kepolisian mengatur arus keramaian penonton dan mengikatkan penonton Setelah berhenti cukup lama, akhirnya kerbau kyai slamet bisa kembali ke dalam barisan sebagai pemimpin barisan kirab. Para abdi dalem bersyukur dan berdoa untuk kelancaran prosesi kirab tersebut.
Yang unik dari Kirab 1 Suro  di Keraton Surakarta ini adalah mitos tentang ngalap berkah dari kotoran Kyai Slamet. kerbau-kerbau tersebut terkadang mengluarkan kotoran. Beberapa warga dan abdi dalem ada yang mengambil kotoran-kotoran kerbau tersebut dengan plastik. Menurut keterangan dari seorang abdi dalem, berdasarkan kepercayaan dahulu siapa yang mendapat kotoran kerbau tersebut maka akan dilancarkan rizkinya namun makna tersebut bergeser menjadi untuk pupuk di rumah dan agar mendapat berkah. Selama proses kirab itu berlangsung, ada satu pusaka di keraton yang dijaga agar kemenyannya tidak padam, fungsinya adalah sebagai penolak hujan.
Setelah berjalan sepanjang kurang lebih 4,5 kilometer, rombongan pusaka 1 tiba di Keraton pukul 03.30, diikuti oleh rombongan pusaka-pusaka yang lain. Pukul 03.30 Pusaka 1 kembali ke keraton setelah melewati perjalanan 4,5 km. (Adelinta Pristia Defi)

Bukan Bubur Biasa



Siapa sih yang kenal sama makanan yang satu ini. Dari kita bayi pun sudah mengenal makanan yang satu ini. Bubur berasal dari beras yang dimasak dengan porsi air yang banyak sehingga berbeda dengan nasi. Di Indonesia tentu banyak sekali macam-macam bubur, karena Indonesia terkenal dengan makanan pokoknya yaitu nasi. Bubur biasanya digunakan sebagai salah satu makanan untuk sarapan sebelum kita beraktivitas. Sering sekali kita jumpai bubur ayam yang menjajakan makanannya di pinggir-pinggir jalan dengan berbagai macam variasi rasa. Biasanya kita menyebutnya dengan bubur ayam. Bubur ayam biasanya terdiri dari bubur, ayam, kacang kedelai, cakwe, taburan daun seledri, sedikit kuah kaldu sehingga menambah nikmat makanan ini.
Ternyata sekarang ini bubur tidak hanya diolah menjadi bubur ayam seperti biasanya saja. Di suatu daerah Muntilan terdapat suatu warung bubur yang menjual bubur berbeda dengan bubur-bubur lainnya, tepatnya di Desa Gunungpring Kecamatan Muntilan. Pemilik warung ini hanya seorang ibu rumah tangga yang akhirnya memiliki ide untuk mengolah bubur menjadi suatu makanan yang lezat dan menarik. Bubur ini hanya dapat ditemukan di daerah ini saja dapat dikatakan makanan ini dapat menjadi salah satu makanan andalan dari desa tersebut. Bubur yang biasanya dijual hanya pagi hari saja kini dapat dinkmati dari pagi hari hingga sore hari. Walaupun hari sudah menjelang sore kenikmatan dari rasa bubur ini tidak hilang dan tetap disajikan hangat.
Bubur yang dijual di daerah ini bukanlah bubur biasa dari rasa pun sudah berbeda denan bubur ayam biasanya. Bagi anda yang akan berwisata atau melewati kota Muntilan ada baiknya untuk mampir dan mencicipi kenikmatan bubur ini. Bagi yang pertama kali mencicipi pasti akan ketagihan karena rasa dari bubur ini bermacam-macam dari gurih hingga pedas. Penyajian dari bubur ini sebenarnya cukup sederhana yaitu hanya dengan semangkuk bubur dicampur dengan “balungan” atau tulang muda. Bubur ini terdapat dua versi rasa yaitu dengan balungan daging ayam dan balungan daging kambing. Tidak perlu khawatir, harga dari semangkuk bubur ini relatif murah dan tidak perlu merogoh kocek yang dalam cukup membayar dengan harga Rp. 2.500,00 hingga Rp. 5.000,00 sesuai dengan porsi anda masing-masing. Oleh masyarakat sekitar bubur ini disebut “Blendrang” . (Arifah Susilowati)

Memacu Adrenalin..Siapa Takut???



Liburan adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang, terutama bagi mereka yang selalu disibukan oleh setumpuk pekerjaan di kantor atau aktivitas lainnya. Hal ini sangat efektif untuk kita refreshing menenangkan pikiran dan mengembalikan stamina tubuh agar semangat kembali. Jika hanya pergi ke pantai, ke pegunungan, atau ke air terjun mungkin itu sudah biasa. Kadang kala seseorang menginginkan hal yang baru dan menantang. Banyak sekali alternatif untuk liburan kita di akhir pekan dengan mengajak sanak saudara ataupun sahabat.
Bagi anda yang tinggal di daerah Yogyakarta – Magelang ataupun sekitarnya tentu sudah tidak asing lagi dengan wisata yang satu ini. Lokasi ini mudah dijangkau karena terletak di Jalan Raya Jogja – Magelang, cukup dengan 45 menit saja ditempuh dari Yogyakarta. Wisata ini tepatnya berada di Desa Blondo Magelang yang menawarkan berbagai macam wisata yang bertemakan alam dan pastinya menegangkan sehingga membuat kita semakin penasaran.
Wisata ini merupakan salah satu wisata air yang ada di Magelang dan sudah cukup terkenal bagi para wisatawan domestik. Peralatan yang akan digunakan yaitu sepertipelampung, perahu karet, dayung, dan helm pengaman. Ya,, apalagi kalau bukan rafting. Rafting lebih dikenal dengan arung jeram dengan medan perjalanan yang sangat menegangkan namun mengasyika dan tak terlupakan. Bagi anda yang tidak memiliki keahlian berenang tidak perlu khawatir karena hal itu bukanlah syarat utama untuk berarung jeram.
Wisata tersebut bernama Arung Jeram Citra Elo. Mengapa dinamakan demikian?? Salah satunya yaitu karena sungai yang akan dilewati nantinya bernama Sungai Elo dan terdapat pohon beringin yang berada di pinggir Sungai Elo yang dinamakan Elo juga. Arung jeram ini menawarkan beberapa paket wisata dengan harga yang bervariasi sesuai dengan tingkat keahlian dari yang pemula hingga mahir. Harga yang ditawarkan tidak terlalu mahal sesuai dengan fasilitas yang didapatkan yaitu mulai dari Rp. 750.000,00 – Rp. 1.500.000,00 untuk 5 orang per perahu.
Bagi pemula tidak perlu khawatir akan jatuh tenggelam ke sungai karena saat perjalanan akan di dampingi oleh pemandu yang sudah ahli. Pengunjung akan mendapatkan fasilitas seperti,  Asuransi, Sewa peralatan dan perlengkapan arung jeram + RiverGuide, Welcome Tea, 1x Snack ringan saat Trip Break, 1x Makan setelah pengarungan, Transport lokal dari finish ke start point, Pemakaian sarana kebersihan, Sertifikat. Rute perjalanan bermacam-macam mulai dari Sungai Elo, Sungai Progo Bawah, Sungai Progo Atas, Sungai Serayu Wonosobo. Wisata arung jeram ini wajib untuk anda coba selain mengasyikan juga akan memacu adrenalin kita yang tidak akan terlupakan. ( Arifah Susilowati )

                                                                                   

Si Hijau yang Ingin dilindungi



Solo merupakan suatu kota yang memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Berbagai macam jenis wisata dapat kita temukan di kota tersebut. Misalnya saja kita ingin berwisata budaya, kita dapat mengunjungi Kraton Kasunanan Surakarta. Bila kita ingin melihat pertunjukkan kebudayaan kita dapat mengunjungi TBS (Taman Budaya Yogyakarta, kulinernya pun juga sangat banyak sehingga wisatawan dari mancanegara maupun lokal sering datang ke kota ini hanya sekedar mencicipi kulinernya yang khas. Tempat lain yang tidak kalah banyak pengunjungnya yaitu Taman Kota yang pada hari-hari tertentu selalu menggelar pertunjukkan yang mengagumkan. Taman ini mirip dengan kebun binatang yang dilepas dan berkeliaran di sekitar taman tersebut. Ada Rusa, Angsa dan Reptil yang diletakkan di area khusus. Taman ini dikenal dengan sebutan Taman Balekambang. Masuk Taman Balaikambang tidak dipungut biaya, kecuali bagi mereka yang menggunakan kendaraan roda dua maka tarif parkirnya Rp 1.000,00 pada hari biasa dan Rp 2.000,00 pada hari Minggu.
Taman Balekambang dibangun pada tahun 1921 oleh Mangkunegara VII di atas tanah seluas 9,8 Ha. Taman ini dibangun untuk kedua putri Mangkunegara VII yaitu Gray Partini Husein Djayadiningrat dan Gray Partinah Sukanto sehingga kedua putri Mangkunegara VII ini diabadikan melalui patung yang ada di Taman ini. Patung yang pertama terletak di tengah kolam dan yang satunya lagi terletak di tengah-tengah air mancur. Taman ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Partini Tuin yang merupakan kolam penampungan air yang berfungsi sebagai wisata air dengan perahu dan Partinah Bosch yang merupakan lingkup hijau yaitu sebagai paru-paru kota dimana tumbuh berbagai macam pohon langka. Pada masa pemerintahan Mangkunegara VII, Taman Balekambang hanya menjadi tempat wisata keluarga namun setelah masa pemerintahan Mangkunegara VIII, Taman ini mulai dibuka untuk umum. Kelompok Srimulat pun mengawali karirnya di taman ini.
Taman ini mulai kehilangan pamornya dan hanya dijadikan sebagai tempat mesum. Kemudian pada tahun 2007, Taman ini mulai direvitalisasi dan pada tahun 2008 Taman Balekambang menjadi tempat pembukaan acara Internasional UN World Heritage Cities Conference and Expo (WHCC) dimana kota Surakarta sebagai tuan rumahnya. Sekarang ini Taman Balekambang di Solo ini menjadi tempat publik yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo. Oleh pengelola, Taman ini dilengkapi dengan sarana outbond untuk menarik lebih banyak pengunjung. Bahkan disediakan pula gedung serbaguna yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat resepsi pernikahan ataupun pertunjukkan seni. (Adelinta Pristia Defi)

Sabtu, 22 Desember 2012

Papuma Nan Menggoda

Pantai merupakan salah satu destinasi wisata yang paling banyak diminati oleh sebagian besar pelancong. Baik itu pelancong  lokal, nasional, maupun internasional. Salah satunya adalah Pantai Papuma.
Pantai Papuma merupakan objek wisata unggulan Kabupaten Jember Jawa Timur. Keunggulan Pantai Papuma ini tidak hanya terletak pada nuansa pantai berpasir putih nan eksostis, namun pantai ini juga merupakan perpaduan antara pesona hutan dan pantai. Sehingga tidak salah jikalau Papuma merupakan salah satu hutan pantai yang dikelola lansung oleh Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Pantai Papuma terletak tepatnya 37 Kilometer di sebelah selatan Kota Jember. Untuk menuju ke Papuma, kita hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu jam. Sebelum masuk ke lokasi wisata pantai ini, pengunjung disuguhkan oleh pemandangan indah perbukitan, dan rentetatan Pohon Jati yang dikelola oleh KPH Perhutani Jember.
Pantai yang terletak di desa Lojejer Kecamatan Wuluhan ini  termasuk Pantai yang masih bisa dikatakan perawan dari pencemaran. Kesempurnaan ciptaan Tuhan terletak pada indahnya hamparan pasir putih dan tancapan batu karang. Panorama Papuma semakin menebar pesona ketika melihat kapal-kapal nelayan sedang tersandar di tepian pantai ini.
Jika anda ingin berwisata ke Pantai Papuma. Tentunya jangan lupa ke Siti Hinggil dan Goa Lawa. Siti Hinggil merupakan batu karang yang muncul di permukaan lautdan tingginya sekitar 50 meter. Di batu karang ini meupakan salah satu tempat bagi wisatawan yang paling ramai untuk menikmati panorama indahnya Pantai Papuma. Sedangkan Gowa lawa merupkan rumah bagi para kelelawar. Ketika sore dan arus pantai tidak lagi tinggi, ribuan Kelelawar keluar untuk mencari makan. Sungguh Luar biasa.
Indahnya Pantai Papuma tidak hanya baik untuk menghilangkan kepenatan di akhir pekan. Pastinya pantai ini juga layak untuk diabadikan dengan lensa foto anda. Alias kalau ingin berkunjung ke Pantai ini. Jangan lupa bawa kamera anda.


Pesona luar biasa sekali. (Indra Jaya)

Sunset dan Sunrise Singkarak

Pesona Indonesia mengaung keseluruh relung dunia. Nusantara nan eksotis menjadi buah bibir  yang saban hari tidak pernah henti-hentinya. Lukisan alam yang diciptakan Tuhan untuk Indonesia adalah representasi surganya dunia.

Sampai saat sekarang Indonesia masih menjadi destinasi utama para tourist internasional maupun local. Salah satunya adalah Danau Singkarak di Sumatera Barat. Danau ini terletak antara Gunung Marapi dan Gunung Talang di Solok. Tidak hanya itu, danau ini diapit rentetan Bukit Barisan Sumatera. Danau ini merupakan hulu dari sungai/batang Ombilin yang merupakan sumber pengairan yang penting bagi lahan pertanian yang dilalui oleh aliran sungai ini. Air danau ini sebagiannya juga dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik yang dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. 

Jika anda mengunjungi Danau Singkarak jangan lupa untuk menikmati Indahnya pesona sun-set dan sun-rise. Sembari duduk di tepian dan ditemani riak-riak kecil anda akan merasakan sebuah pemandangan yang sangat luar biasa cantiknya.
Danau Singkarak dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang menunjang wisata. Danau ini tetap menyuguhkan keindahan dan keunikannya. Uniknya, Danau Singkarak memiliki Sumber Alam Hayati yang terkenal, yaitu Ikan Bilih. Oleh sebab itu jika anda datang dan melakukan destinasi ke danau ini, rugi rasanya kalau tidak menikmati kegurihan Ikan Bilih.

Indah Singkarak diiringi hembusan angin. Sejuk rasanya sambil menikmati secangkir kopi. Kalau tidak percaya datang saja sendiri dan dijamin anda pasti tidak akan rugi.
_Indra Jaya_


Selasa, 04 Desember 2012

Ada Wayang yang Punya Desa

Di depan rumah bertembok yang penuh dengan kulit,sebuah pagar memanjang,memisahkan jalan dan halaman,tertulis "Sanggar Kerajina Wayang" di gapura kecil sebagai gerbang masuk halaman rumah.
Kami bertiga pun masuk dengan dua motor yang kami tumpangi dari Jogja,parkir di halaman depan Sanggar Wayang milik Keni Suharjono.Waktu kami masuk Pak Suharjono terlihat sedang duduk bersama istrinya,masih dalam keadaan telanjang dada,lalu buru-buru ia pun memakai kaos oblong putih dan dengan segera menjawab salam dari kami.                                  
Kami memperkenalkan diri,saya sendiri Arif,Eva,dan Isa.Kami berkunjung untuk mencari tahu bagaimana kerajinan wayang yang ada di dusun Pucung,desa Wukirsari,kecamatan Imogiri,Bantul Yogyakarta.
Sambil bercanda,Pak Keni Suharjono menceritakan bagaimana proses pembuatan wayang di sanggar wayang miliknya.Para pengarajin merupakan orang sekitar tempat tinggalnya,karena mayoritas penduduk dusun Pucung adalah pengarajin wayang.Kadang ada juga beberapa mahasiswa yang mau belajar membuat wayang kulit.
Bahan kulit sebagai bahan dasar wayang di pesan dari Sumatra,Kalimantan,dan daerah lokal sekitar.Pertama-tama kulit di jereng,yaitu kulit  yang sudah di pesan permukaanya di ratakan,lalu di kerok,yaitu kulit dikelupas biar halus dengan benda tajam,lalu di di tipiskan dan kemudian di jemur. 
Setelah bahan kulit halus,kulit di desain sesuai dengan pesanan.Pesananan yang datang berasal dari seluruh Indonesia,bahkan beberapa   berasal dari Cina,Jepang,dan Negara-negara Asia Tenggara.                        
Dusun Pucung merupakan bagian dari Desa wisata Wukirsari,khusus di dusun Pucung merupakan pengrajin wayang tatah sungging,yaitu proses pembuatan wayang dengan di pahat.Desa wukirsari pada umumnya sering mendapat kunjungan daari berbagai instansi dan perusahaan,desa ini sudah mendapat pengakuan dari UNESCO.
Harga wayang yang di tawarkan di dusun ini berkisar antara Rp 50.000,00 sampai Rp 1.200.000,00 per unitnya.                 
(Arif Rokhmad)
 

Kerajaan Raja-raja yang Berpulang

Tempat ini terletak diselatan Kota Yogyakarta, kurang lebih 45 menit perjalanan menggunakan kendaraan pribadi atau umum, tepatnya di dusun Pajimatan desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.Tempat ini merupakan makam raja raja Mataram dan keluarganya. Tempat ini dibangun oleh Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo yang merupakan Sultan Mataram ke 3 antara tahun 1632 – 1640 M dan merupakan bangunan milik Keraton Kasultanan. Dan semenjak muncul perjanjian Giyanti yang memisahkan Kerajaan Mataram menjadi 2 yakni Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta maka makam ini pun terbagi menjadi 2 bagian juga, yaitu sebelah timur menjadi tempat pemakaman dari raja-raja Kasultanan Yogyakarta beserta keluarga sedangkan bagian barat yang merupakan tempat pemakaman bagi Raja-raja Kasunanan Surakarta beserta keluarganya. Raja yang pertama kali dimakamkan ditempat ini adalah Sultan Agung Hanyokrokusumo pada tahun 1645 M yang telah berpesan bahwa kelak tempat yang beliau bangun menjadi tempat pemakamannya jika wafat. Dan hingga kini tempat ini menjadi tempat pemakaman bagi raja Kasultanan Yogyakarta maupun kasunanan Surakarta beserta keluarganya.
Ditempat ini pula juga dimakamkan seorang yang dianggap pengkhianat yakni seorang punggawa Mataram bernama Tumenggung Endranata. Orang ini dianggap sebagai orang membocorkan rahasia penyerangan ke Batavia oleh Sultan Agung sehingga Serangan ke Markas VOC ini berkali-kali gagal. Namun makamnya tidak di komplek makam rahja-raja diatas melainkan di salah satu anak tangga menuju ke areal pemakaman, dengan maksud agar makam orang ini selalu terinjak-injak oleh siapa saja yang akan menuju ke makam dan juga sebagai peringatan bagi pengikut Sultan Agung supaya tidak ada lagi yang berbuat sama halnya dengan Tumenggung Endranata tersebut. Maka jika anda ziarah ketempat ini perhatikan anak tangga yang terbuat dari batu memanjang, nah itulah makam dari orang yang dianggap pengkhianat tersebut dimakamkan.
Saat ini telah dimakamkan 23 raja keturunan Sultan Agung baik dari Kasunan Surakarta maupun Kasultanan Yogyakarta, selain sultan Agung sendiri. Makam inipun terbagi menjadi 8 kelompok yakni yang pertama Kasultanan Agungan yang merupakan makam Sultan Agunmg, Permaisuri, Hamangkurat Amral danHamangkurat Mas, Yang kedua Paku Buwanan merupakan makam Paku Buwono I, mangkurat Jawi, dan Paku Buwono II, yang ketiga Kasuwargan Yogyakarta merupakan makam Hamengku Buwono I dan Hamengku Buwono III, yang keempat Besiyaran Yogyakarta merupakan makam Hamengku Buwono IV, Hamengku Buwono V, dan Hamengku Buwono VI, Kelima Saptorenggo Yogyakarta merupakan makam Hamengku Buwono VII, Hamengku Buwono VIII dan Hamengku Buwono IX, keenam Kasuwargan Surakarta merupakan makam Paku Buwono III, Paku Buwono IV dan Paku Buwono V, ketujuh Kapinsangan Surakarta merupakan makam Paku Buwono VI, Paku Buwono VII, Paku Buwono VIII dan Paku Buwono IX, yang ke delapan Girimulya Surakarta merupakan makam Paku Buwono X, Paku Buwono XI dan Paku Buwono XII).
Untuk memasuki lokasi makam tersebut para pengunjung /peziarah harus mematuhi beberapa persyaratan khusus yakni tidak boleh mengenakan alas kaki, perhiasan terutama berupa emas, membawa kameradan harus mengenakan pakaian jawa. Pakaian jawa untuk laki-laki berupa beskap, blangkon, kain, sabuk, timang dan samir sementara yang perempuan kemben dan kain panjang.
Pada setiap bulan suro atau muharram selalu dilakuan pengurasan padhasan atau gentong atau lebih sering disebut enceh. Upacara tersebut terkenal dengan tradisi nguras enceh. Ada empat enceh yang masing masing diberi nama Nyai Siyem yang berasal dari Siam, Kyai Mendung dari Turki, Kyai Danumaya dari Aceh dan Nyai Danumurti dari Palembang keempat enceh ini merupakanpersembahan dari kerajaan sahabat kepada Sultan Agung. Diyakini bahwa air dalam enceh-enceh tersebut berkhasiat baik untuk kesuksesan, kesembuhan.
Tempat ini hanya dibuka pada hari-hari tertentu saja yakni Minggu, Senin, dan Jum’at, tanggal 1 dan 8 syawal, tanggal 10 Besar/Dzulhijah mulai jam 10.00 WIB sampai dengan jam 13.00 WIB. Selain hari-hari tersebut pengunjung tidak boleh masuk area makam namun sebatas diluar pagar saja. Dan jika menghendaki melakukan doa ritual untuk berbagai macam tujuan misalnya kelancaran rejeki anda bisa dating pada setiap malam Selasa Kliwon atau Malam Jum’at Kliwon menurut perhitungan hari Jawa.
Untuk masuk area ini tidak ada tiket masuk melainkan sumbangan sukarela di tempat juru kunci makam dan mengisi buku tamu. Bagi yang menghendaki membawa air enceh dipersilahkan mengisi sumbangan sukarela juga dan membeli botol tempat air sebesar Rp. 1.000,- dan bagi pengunjung yang tidak memakai pakain jawa dari rumah ditempat ini disewakan pakain untuk memasuki area makam sebesar Rp. 5.000,- untuk satu stel pakain baik untuk wanita maupun pria. Ada juga jika menghendaki buku saku mengenai riwayat makam anda bisa mendapatkannya dengan harga kurang lebih Rp.3.000,-.






oleh :Isa Nurhayat Sholeh
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India