Kamis, 27 Desember 2012

Mangut Khas Mbah Marto



Jogjakarta mempunyai segudang kuliner ala perdesaan. Denagn rasa yang khas masakan perdesaan, cara memasaknya pun masih tradisional dengan tempat yang kebanyakan jauh dari pusat kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng, bagi para pecinta kuliner, rasanya nama itu sudah tidak asing lagi di telinga. Dengan lokasi yang berada di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Yang dipastikan jauh dari pusat kota, di jamin tidak akan mengendurkan semangat untuk menikmati manggut lele ini. Apalagi dengan rasa yang enakkk tenan.
Kalau dilihat sekilas rumah Mbah Marto tidak tampak seperti sebuah warung makan. Agar tidak salah alamat, bisa tanya dengan penduduk sekitar. Karena kalau diperhatikan dengan seksama, tetap saja terlihat separti rumah yang ada diperdesaan pada umumnya. Karena Mbah Marto menggunakan rumahnya sebagai tempat makan. Untuk menggambil makan kita langsung masuk kedalam pawon, denagn dinding yang terbuat dari batu bata yang ditumpuk denang jelas dan warnanya batu bata yang sudah berubah menjadi hitam karena terkena asap dari tungku saat masak. Lauk dan sayur di tarok dipanci besar yang berjejer di atas meja dipawon. Untuk menunya ada gudek, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele dan tahu, tempe, telur dan ampela yang dimasak menjadi satu.
Di sini kita tidak akan dilayanin pelayan atau pegawai seperti di tempat makan pada umumnya. Semua kita lakuin sendiri untuk menggambil makanan sampai sepuasnya. Sedangkan untuk menikmati makanan kita tinggal milih duduk di dalam rumah, teras rumah, samping rumah, ataupun di dalam pawon. Kalau ingin nambah lauk kita bisa ambil sendiri. Untuk minum ada teh angat atau es teh, jeruk angat atau es jeruk yang bisa ambil sendiri atau minta di antarkan.
Untuk rasa mangut lele disini berbeda dengan manggut lele yang biasa dijumpai di warung atau rumah makan pada umumnya. Daging lelenya keset, pedas, dan khas masakan ditungku. Karena  lele terlebih dahulu ditusuk dengan pelepah daun kelapa kemudian di panggang di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar sampai matang baru kemudian dimasak bersama bumbunya. Cara memasaknya yang menggunakan kayu bakar inilah yang memberikan aroma dan rasa “asap” yang khas pada lelenya. Meskipun menggunakan kuah santan, tapi kuahnya cair berwarna merah terang, menandakan bahwa cabai yang digunakan tidak sedikit. Kreceknya sendiri cukup lembut dan tidak sepedas mangut lelenya, untuk sayur daun pepayanya juga enak dan tidak pahit.
                Setelah selesai menikmati makanannya, baru kemudian kita lapor ke pada Mbah Marto atau anaknya untuk menyelesaikan pembayaran. Untuk menu andalan seperti manggut lele dan sayur hanya mengeluarkan koceng 12ribu rupiah saja. Dan kita bisa menikmati manggut lele di rumah Mbah Marto mulai dari jam 11 siang sampai jam 4 sore setiap hari. (Eva Nofiyanti) 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India