Jogjakarta mempunyai
segudang kuliner ala perdesaan. Denagn rasa yang khas masakan perdesaan, cara
memasaknya pun masih tradisional dengan tempat yang kebanyakan jauh dari pusat
kota. Misalnya saja Mangut Lele Mbah Marto Nggeneng, bagi para pecinta kuliner,
rasanya nama itu sudah tidak asing lagi di telinga. Dengan lokasi yang berada
di Dusun Nengahan, Ngiring-Ngiring, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Yang dipastikan
jauh dari pusat kota, di jamin tidak akan mengendurkan semangat untuk menikmati
manggut lele ini. Apalagi dengan rasa yang enakkk tenan.
Kalau dilihat
sekilas rumah Mbah Marto tidak tampak seperti sebuah warung makan. Agar tidak
salah alamat, bisa tanya dengan penduduk sekitar. Karena kalau diperhatikan
dengan seksama, tetap saja terlihat separti rumah yang ada diperdesaan pada
umumnya. Karena Mbah Marto menggunakan rumahnya sebagai tempat makan. Untuk
menggambil makan kita langsung masuk kedalam pawon, denagn dinding yang terbuat
dari batu bata yang ditumpuk denang jelas dan warnanya batu bata yang sudah
berubah menjadi hitam karena terkena asap dari tungku saat masak. Lauk dan
sayur di tarok dipanci besar yang berjejer di atas meja dipawon. Untuk menunya
ada gudek, opor ayam, sayur daun pepaya, garang asam, krecek, mangut lele dan tahu, tempe,
telur dan ampela yang dimasak menjadi satu.
Di sini kita tidak
akan dilayanin pelayan atau pegawai seperti di tempat makan pada umumnya. Semua
kita lakuin sendiri untuk menggambil makanan sampai sepuasnya. Sedangkan untuk
menikmati makanan kita tinggal milih duduk di dalam rumah, teras rumah, samping
rumah, ataupun di dalam pawon. Kalau ingin nambah lauk kita bisa ambil sendiri.
Untuk minum ada teh angat atau es teh, jeruk angat atau es jeruk yang bisa
ambil sendiri atau minta di antarkan.
Untuk rasa mangut
lele disini berbeda dengan manggut lele yang biasa dijumpai di warung atau
rumah makan pada umumnya. Daging lelenya keset, pedas, dan khas masakan
ditungku. Karena lele terlebih dahulu
ditusuk dengan pelepah daun kelapa kemudian di panggang di atas tungku dengan menggunakan kayu bakar sampai matang baru kemudian dimasak
bersama bumbunya. Cara memasaknya
yang menggunakan kayu bakar inilah yang memberikan aroma dan rasa “asap” yang
khas pada lelenya. Meskipun
menggunakan kuah santan, tapi kuahnya cair berwarna merah terang, menandakan
bahwa cabai yang digunakan tidak sedikit. Kreceknya sendiri cukup lembut dan tidak sepedas mangut
lelenya, untuk sayur daun pepayanya juga enak dan tidak pahit.
Setelah selesai menikmati makanannya, baru kemudian
kita lapor ke pada Mbah Marto atau anaknya untuk menyelesaikan pembayaran.
Untuk menu andalan seperti manggut lele dan sayur hanya mengeluarkan koceng
12ribu rupiah saja. Dan kita bisa menikmati manggut lele di rumah Mbah Marto
mulai dari jam 11 siang sampai jam 4 sore setiap hari. (Eva Nofiyanti)
0 komentar:
Posting Komentar