Kamis, 27 Desember 2012

KYAI SLAMET BULE ASLI DARI SOLO




Kyai Slamet merupakan pemberian Bupati Ponorogo kepada Pakubuwono II (1711 - 1749). Kyai Slamet merupakan kerbau putih keturunan kerbau albino diberikan bersama sebuah pusaka bernama Kyai Slamet. Karena bertugas sebagai pemimpin barisan pusaka Kyai Slamet ini maka kerbau tersebut dinamakan Kebo Kyai Slamet. Alhasil, kebo Kyai Slamet menjadi hewan kesayangan raja hingga akhirnya setelah lebih dari 270 tahun keturunan kerbau putih itu bertahan hingga sekarang.
Surakarta sendiri memiliki 3 prosesi kirab 1 Suro, yakni Kirab 1 Suro Keraton Kasunanan, Puro Mangkunegaran, dan Kasultanan Pajang, masing-masing dengan kekhasannya tersendiri. Kirab tersebut rutin diselenggarakan setiap tahun baru hijriyah atau dalam kalender jawa yaitu tanggal 1 suro. Salah satu pusaka yang unik dari Keraton Kasunanan Surakarta adalah Kyai Slamet.
Kirab 1 Suro ini diikuti oleh sekitar 7 ribu abdi dalem, sentana, dan masyarakat umum yang peduli budaya. Peserta kirab diharuskan memakai beskap hitam bagi pria atau kebaya hitam bagi wanita. Selain itu diharuskan juga menggunakan samir, semacam kalung dari kain warna kuning dengan pinggiran merah. Samir merupakan semacam izin memasuki keraton karena keraton tidak hanya dihuni manusia, namun juga makhluk dimensi lain yang ikut menjaga keraton. Ada pula yang memakai kalung melati sebagai penolak bala.
Warga Solo raya sudah menanti di pinggiran jalan-jalan yang akan dilewati pasukan kirab. Daerah yang menjadi pusat kerumunan warga adalah daerah di depan kompleks keraton dan merupakan titik nol kota Solo, Gladag. Tahun ini Keraton mengirab 9 Kebo Kyai Slamet dan 10 Pusaka yang dirahasiakan. Sebelum prosesi kirab ini ada beberapa prosesi-prosesi lain, yakni wilujengan (selamatan), dukutan, dilanjutkan kol-kolan (peringatan) meninggalnya Raja Surakarta Paku Buwono X.
Kyai Slamet menjadi pemimpin barisan kirab. di belakang Kebo Kyai Slamat adalah barisan pusaka-pusaka. Tampak para pembesar keraton, putra-putri sinuhun PB XIII berada di depan bersama Pusaka 1. Di belakang mereka adalah ratusan abdi dalem yang berasal dari Solo Raya (Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Klaten). Semua abdi dalem tidak mengenakan alas kaki, alasannya karena apabila mengenakan alas kaki, kaki akan menjadi lecet karena jauhnya perjalanan kirab. Selama prosesi Kirab para peserta hendaknya tidak berbicara dan lebih banyak berdoa.
Kyai Slamet dengan ribuan abdi dalem dan sentana di belakangnya berjalan keluar keraton menuju alun-alun utara, kemudian sampai ke Gladag. Di Gladag, ribuan orang sudah menanti kehadiran Kyai Slamet. Bahkan sampai ada yang menggunakan mobil pick up yang di belakangnya dipasang kasur karena prosesi kirab yang memakan waktu dari tengah malam hingga menjelang subuh. Entah karena apa, kerbau-kerbau tersebut berbalik arah kembali ke dalam keraton. Menurut kepercayaan masyarakat, kerbau-kerbau itu marah karena ada penonton yang mengenakan baju merah, salah satu pantangan dalam kirab tersebut. Para abdi dalem pun sempat heran karena baru pertama ini kerbau-kerbau tersebut berbalik arah. Ditemani sang pawang, kerbau-kerbau itu kembali ke Keraton.
Walaupun 9 kerbau tersebut sudah balik ke keraton, kirab masih tetap dilangsungkan. Rombongan berjalan dari Gladag, mengitari Benteng Vastenburg, menuju ke arah Pasar Kliwon. Setelah berjalan beberapa ratus meter di Pasar Kliwon, rombongan pun kembali berhenti, karena mendapat kabar bahwa para kerbau berjalan kembali menuju jalannya kirab. Tampak pihak kepolisian mengatur arus keramaian penonton dan mengikatkan penonton Setelah berhenti cukup lama, akhirnya kerbau kyai slamet bisa kembali ke dalam barisan sebagai pemimpin barisan kirab. Para abdi dalem bersyukur dan berdoa untuk kelancaran prosesi kirab tersebut.
Yang unik dari Kirab 1 Suro  di Keraton Surakarta ini adalah mitos tentang ngalap berkah dari kotoran Kyai Slamet. kerbau-kerbau tersebut terkadang mengluarkan kotoran. Beberapa warga dan abdi dalem ada yang mengambil kotoran-kotoran kerbau tersebut dengan plastik. Menurut keterangan dari seorang abdi dalem, berdasarkan kepercayaan dahulu siapa yang mendapat kotoran kerbau tersebut maka akan dilancarkan rizkinya namun makna tersebut bergeser menjadi untuk pupuk di rumah dan agar mendapat berkah. Selama proses kirab itu berlangsung, ada satu pusaka di keraton yang dijaga agar kemenyannya tidak padam, fungsinya adalah sebagai penolak hujan.
Setelah berjalan sepanjang kurang lebih 4,5 kilometer, rombongan pusaka 1 tiba di Keraton pukul 03.30, diikuti oleh rombongan pusaka-pusaka yang lain. Pukul 03.30 Pusaka 1 kembali ke keraton setelah melewati perjalanan 4,5 km. (Adelinta Pristia Defi)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India