Sabtu, 05 Januari 2013

Tradisional Menjadi Menawan di Mata Wisatawan


Kerajinan tradisional merupakan salah satu warisan leluhur bangsa kita yang harus tetap dilestarikan agar menjadi aset bagi Indonesia di kemudian harinya. Masyarakat Indonesia memiliki kreativitas yag sangat tinggi untuk menghasilkan suatu karya sehingga nantinya dapat dinikmati oleh banyak orang. Orang yang memiliki tingkat seni yang tinggi dapat menjadikan hal tersebut sebgai mata pencaharian bagi dirinya maupun membuka lapangan pekerjaan.
Yogyakarta..merupakan salah satu kota yang sedang banyak dibicarakan masyarakat Indonesia karena hasil karyanya maupun tempat wisata yang menyuguhkan berbagai macam kesenangan bagi kita tentunya. Dari seluruh pelosok Indonesia satu per satu mereka datang ke tempat ini baik hanya ingin berwisata hingga yang serius untuk menuntut ilmu.
Ada salah satu desa berada di wilayah Yogyakarta yang ternyata memiliki cerita tersendiri yang belum banyak di ketahui orang lain. Pada masa penjajahan Belanda, di selatan Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan bahkan menakutkan warga setempat dengan ditemukannya seekor kuda milik Reserse Belanda yang mati di atas tanah sawah milik seorang warga. Karena takut akan hukuman, warga tersebut melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun akhirnya diakui oleh penduduk desa lain. Akibat dari tidak memiliki tanah persawahan lagi, warga setempat akhirnya memilih menjadi pengrajin keramik untuk mainan dan perabot dapur hingga kini.
Hingga kini daerah tersebut terkenal dengan sebutan desa wisata Kasongan. Mulai dari situlah banyak penduduk sekitar yang turun temurun bermata pencaharian sebagai pengrajin keramik dari tanah liat. Seiring dengan berkembangnya zaman menjadi zaman yang modern, hasil kerajianan gerabah ini diolah menjadi berbagai macam bentuk seperti, guci, vas bunga, kendi, tungku, hingga aksesoris kecil lainnya. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung.
Pemasaran kerajinan gerabah ini sudah menembus pasar luar negeri selain itu banyak juga wisatawan mancanegara yang jauh-jauh datang khusus mengunjungi tempat ini dan turut langsung mengamati proses pembuatan gerabah. Proses pembuatan ini memerlukan waktu yan cukup lama dari 2-4 hari untuk proses pengeringan / penjemuran gerabah. Kemudiah dibakar agar menghasilkan bentuk yang sempurna. Finishingnya menggunakan cat tembok atau cat genteng untuk menambah daya tarik dari gerabah ini. Tempat ini selain menjadi sentra usaha dapat kita jadikan untuk tempat pembelajaran tentang cara pembuatan gerabah secara langsung. Menarik bukan??anda tidak akan menyesal.(Arifah Susilowati)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India